DENPASAR - Acara Seminar World Rabies Day 2022 dengan tema peran akademisi terhadap perkembangan rabies di Bali. Dalam seminar tersebut diungkapkan oleh berbagai narasumber yang ada, dari kalangan akademisi, pemerintahan, pariwisata dan konten kreator juga ikut membahas tentang bahayanya Rabies bagi keberlangsungan kehidupan kita.
Dalam acara memperingati Hari Rabies dunia 2022 (28 September), dalam seminar, Jumat (30/09/2022) bertujuan untuk mengajak akademisi mengambil peran dalam penanganan Rabies di Bali yang sudah 14 tahun belum juga selesai, di ruang Auditorium Dr. A.A. Made Djelantik Fakultas Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar.
Berawal dari wilayah Kedonganan yang dibawa oleh pelaut atau pencari ikan (nelayan) yang bukan pelabuhan resmi tanpa pengawasan, kemudian rabies berkembang di Bali. Membawa anjing dalam perahu dipercaya untuk menolak bala.
Dalam wawancara singkat dengan Dr. dr. Ni Nyoman Sri Budayanti, Sp.MK., selaku Koordinator Pusat Kajian One Health Universitas Udayana (Udayana OHCC), dengan mengambil topik 'Bagaimana Menangani Rabies Kita?'
Ia menyebutkan sebuah rumor yang berkembang di masyarakat bahwa ada dugaan oknum lembaga swadaya masyarakat (LSM), perorangan atau kelompok orang menurunkan anjing dijalan di daerah yang sudah zero (0) rabies.
"Saya membahas isu itu adalah untuk bersama-sama mengawasi yang seperti ini. Karena ini ada rumor berkembang dari pihak pariwisata bilang persaingan bisnis dan segala macam, ayo kita sama-sama mengawasi, "ungkap dr. Sri.
"Semoga rumor itu tidak benar"
Pihak akademisi menunjukan bahwa sikap awareness (kesadaran) itu sangat penting dalam mencegah atau mengawasi kondisi di masyarakat terkait ciri-ciri hewan, menjaga peliharaannya dari tanda-tanda rabies bahkan sampai peduli memberikan vaksinasi kepada hewan kesayangan mereka.
"Akademisi memiliki banyak mahasiswa, anak-anak muda sekarang bisa menggunakan konten-konten medsos untuk mempublikasikan hal itu"
Untuk tingkat rabies yang tinggi dirinya juga menyebutkan sudah melakukan tindakan pilot project di wilayah Buleleng dan Jembrana yang memiliki tingkat rabies yang tinggi.
Menanyakan soal perawatan pertama untuk gigitan rabies dr. Nyoman Sri mengatakan harus segera melakukan perawatan luka dengan minimal menggunakan air mengalir dan sabun, lalu segera ke Rabies Center.
Untuk melihat ciri-ciri anjing rabies adalah dengan ciri-cirinya, bahwa anjing memiliki insting menggigit bukan dirangsang atau diganggu melainkan spontan tanpa sebab.
"Namanya anjing gila, kita datang tiba-tiba lalu menggigit. Dan kebiasaan disekitarnya yang terjadi 6-8 orang dia gigit itu salah satu. Tapi untuk memastikan rabies atau tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut, "pungkasnya.
Narasumber lainnya Cipto Adi Gunawan selaku kelompok Ahli Gubernur Bidang Pariwisata, juga menyebutkan bahwa pentingnya kita bersama untuk menjaga iklim pariwisata ini konsusif.
"Mengabarkan hal yang baik dalam medsos itu juga penting, agar iklim pariwisata dapat tetap bertumbuh. Jangan digoreng-goreng"
Kemudian dari narasumber lainnya menyebutkan juga soal Perda pemerintah yang sudah ada, denda 50 juta untuk keluarga yang meliarkan anjingnya.
"Walaupun kita sudah ada Perda yang menangani itu, tetapi penerapan hukumannya jauh panggang dari api. Sulit juga dalam penerapannya"
Ketersedian vaksinasi yang masih kurang, membuat penanganan yang lambat. Hubungan kerjasama antara lembaga-lembaga swadaya masyarakat juga belum optimal.
"Cakupan vaksinasi yang kaitannya dengan populasi, " ungkap salah satu sumber. (Ray)