BULELENG - Bali mulai bisa penuhi permintaan pasar Kalimantan Barat (Kalbar). Ekspor perdana Babi dilakukan melalui Pelabuhan Celukan Bawang, Sabtu (29/04/2023), sebanyak 1000 ekor babi yang rata - rata memiliki bobot berat 100 Kg/ekor tersebut akan di pasok ke daerah Singkawang Kalbar.
Ini menandakan peternak dan pengusaha babi di Bali dapat memiliki peluang yang besar untuk dapat memenuhi pasar ekspor ke luar Bali yang masih terbuka lebar.
Ida Gede Komang Kresna Budi (IGK Kresna Budi) yang juga Ketua Komisi II DPRD Provinsi Bali terlihat memantau pengiriman perdana tersebut.
" Sebanyak 1000 ekor lebih babi yang kita kirim hari ini ke Singkawang Kalbar lewat laut dan bulan depan akan bertambah sebanyak 2000 ekor, ini adalah hasil kerjasama dengan aeluruh peternak diseluruh Bali, " ungkapnya.
Ia juga menambahkan bahwa pengiriman perdana melalui Pelabuhan Celukan Bawang sangat memberikan harapan bagi peternak babi di Bali mengingat biaya pengeluarannya tidaklah tinggi.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, sehingga kedepannya Pelabuhan Celukan Bawang benar-benar berfungsi sebagai pelabuhan ternak selain bongkar muat barang dan kapal pesiar.
Dengan mengoptimalkan Pelabuhan Celukan Bawang, itu juga dapat meningkatkan kesejahteraan Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM).
" kita segera koordinasi dengan Pelindo, Pemerintah Provinsi Bali. Selain dermaga ada marina untuk pelabuhan Kapal Pesiar juga nantinya "
Dengan adanya pasar yang potensial diluar Bali, IGK Kresna Budi mengaku akan menjajaki pasar di Sulawesi Utara, NTT dan Indonesia Timur lainnya, mengingat kebutuhan daging Babi didaerah tersebut cukup tinggi.
Politisi Partai Golkar asal Kelurahan Liligundi Singaraja ini dikatakan siap dengan menggandeng tim Ketahanan Pangan Daerah sebagai salah satu upaya penguatan ekonomi pasca-ekonomi Bali terpuruk akibat Covid-19.
" Dengan dibukanya pasar global yang luas, tentu harapannya akan menjadi model penambahan ekonomi bagi masyarakat Bali diluar pariwisata, ” ujarnya.
Kebutuhan pasar daging babi disejumlah tempat diluar Bali masih terbuka lebar.
" Bobot babi yang hendak dikirim sudah mencapai 100 Kg/ekor. Dengan bobot seperti itu harga jual mencapai Rp 4 juta/ekor.
Dan itu, katanya memiliki keuntungan yang cukup besar mengingat pengiriman via laut "cost"-nya dapat ditekan ke angka paling minimal.
“Pengiriman perdana sebanyak 1000 ekor nilainya mencapai harga Rp 4 miliar itu pun belum termasuk biaya tenaga dan angkutan kapal yang mencapai Rp 500 juta. Artinya bisnis babi di Bali dengan target pasar diluar Bali cukup menjanjikan, ” pungkas Kresna Budi. (Ray)